Musyrif merupakan pembimbing dan pengasuh santri di pesantren. Musyrif bertanggung jawab dalam mengatur serta menjaga kedisiplinan para santri mulai dari bangun tidur, hingga mengorganisir kegiatan harian para santri di pesantren.

Pada artikel ini akan membahas tentang tujuh peranan Musyrif di dalam pondok pesantren.

1. Musyrif adalah sosok yang sangat penting dalam lingkungan pesantren. Tak sekedar hanya membimbing, namun juga mengasuh serta mengawasi santri agar tidak terjadi pelanggaran. Sebagai kakak asuh musyrif dituntut untuk memiliki kedekatan emosional dengan para santri, tempat berkeluh kesah santri dan penghubung antara santri dengan wali santri.

2. Musyrif juga berperan sebagai mediator antara santri dengan asatidzah dan wali santri. Musyrif dapat mengumpulkan aspirasi dan keluhan dari para santri untuk disampaikan kepada asatidzah. Selain itu, musyrif juga dapat memberikan masukan dan saran kepada asatidzah serta wali santri mengenai kebutuhan sehari-hari santri di pondok pesantren.

3. Musyrif bertugas mencatat hal-hal baik yang dilakukan para santri yang bisa menambah poin nilai, begitu pun jika santri melakukan pelanggaran maka musyrif memiliki tanggungjawab untuk menasehati serta mencatatnya. Namun, musyrif tidak diperbolehkan untuk melakukan hukuman kepada para santri. Walaupun santri benar-benar layak untuk di hukum karena pelanggaran yang telah dilakukannya.

4. Musyrif selaku kakak asuh yang dekat dengan santri harus bisa menjadi teladan serta memberikan motivasi kepada para santri, agar selalu bersemangat dalam menuntut ilmu. Karena ada kalanya para santri merasa jenuh dan semangatnya turun. Maka diperlukan musyrif yang peka dan sigap memahami kondisi psikologis santri asuhannya.

5. Musyrif memiliki peran besar sebagai ujung tombak proses pendidikan dan pembentukan karakter santri, karena musyrif dituntut untuk menerapkan dan mengaplikasikan setiap program pendidikan pondok pesantren dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh praktek para santri dari hal sederhana seperti adab berteman, berbicara, makan, mandi, menjaga kebersihan, dan lain-lain.

6. Musyrif hendaknya memiliki sikap mengayomi serta pandai mengelola emosi, karena mengawasi banyak santri dengan berbagai latar belakang keluarga, sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda  memerlukan kesabaran dan ketelatenan. Sebagai pengganti orangtua, musyrif dituntut untuk selalu profesional sekalipun dihadapkan dengan permasalahan yang berat.

7. Terakhir, posisi musyrif sangat penting dan strategis di dalam pondok pesantren, baik buruk sikap dan kinerja seorang musyrif akan sangat berpengaruh terhadap psikologis dan tingkah laku para santri selama di pesantren. Maka manajemen pesantren harus memperhatikan para musyrif, agar mereka tetap terus bersemangat dalam menjalankan tugas harian yang cukup berat dalam mengawal dan mengawasi santri.

Comments are disabled.